Sejarah Singkat Sepatu di Dunia

Sepatu bukan hanya alas kaki yang digunakan untuk melindungi kaki. Lebih dari itu sepatu mempunyai fungsi estetis. Fungsi estetis sepatu terlihat dari beragam bentuk dan bahan yang digunakan untuk membuat sepatu. Mulai dari sepatu anak-anak hingga dewasa, bentuk sepatu bermacam-macam sesuai dengan usianya. Untuk anak-anak, bentuk sepatu dibuat semenarik mungkin agar anak-anak terpikat. Sementara untuk orang dewasa, bentuk sepatu dibuat se-casual mungkin untuk menampilkan kesan elegan.

Sepatu sebagai alas kaki mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Meskipun tidak ada zaman tertentu yang menandai dimulainya penggunaan sepatu sebagai alas kaki, akan tetapi para arkeolog memperkirana sepatu sebagai alas kaki sudah digunakan sejak kurang lebih 4000 tahun yang lalu. Pada masa itu sepatu digunakan hanya untuk melindungi alas kaki. Saat ini, sepatu sudah banyak berubah sesuai dengan fungsi dan kebutuhan manusia.

Sejarah Singkat Sepatu

Pada tahun 1992, di Pegunungan Alpen Austria sekelompok arkeolog menemukan sebuah mumi yang kemudian diberi nama Oetzi. Menurut perkiraan mereka, Oetzi berasal dari zaman batu, yaitu sekitar 5.300 tahun yang lalu. Yang menarik adalah, mumi Oetzi ini ditemukan masih dalam keadaan mengenakan sepatu.

Dilihat dari bentuknya, sepatu yang dikenakan Oetzi tampak dirancang untuk berjalan di atas salju. Ia pun kedap air dan bersol lebar. Solnya terbuat dari kulit beruang. Bagian atasnya dari kulit rusa. Lalu bagian jaring-jaringnya dibuat dari kulit pohon. Jerami diletakkan di sekeliling kaki di dalam sepatu, sehingga fungsinya mirip kaus kaki modern. Jahitannya kecil dan tidak terlalu bisa diandalkan mengingat alat yang dimiliki orang pada saat itu.

sepatu kulit armenia
sepatu kulit armenia. sumber: https://tekno.tempo.co/read/254095/sepatu-kulit-berusia-5-500-tahun-ditemukan

Sepatu kulit tertua yang dikenal oleh dunia adalah sepatu kulit Armenia. Sepatu ini ditemukan dalam penggalian di sebuah gua. Para arkeolog yang melakukan penghitungan tanggal radiokarbon menemukan bahwa sepatu ini diperkirakanberasal dari sekira 3.500 SM, yaitu masa logam Armenia. Bentuknya seperti sepatu tanpa hak yang terbuat dari bahan kulit bertekstur lembut. Bahan utamanya sepotong kulit sapi. Pada bagian depan dan tumit terdapat jahitan dari tali kulit. Ketika dipakai, ia menutup area tumit dan kaki.

Sepatu pada zaman mesir kuno memiliki bentuk terbuka datar berbentuk perahu ini terbuat dari anyaman buluh. Talinya juga terbuat dari buluh yang panjang dan tipis, yang ditutupi oleh potongan buluh yang lebih lebar. Bentuk sepatu praktis dari masa Mesir Kuno 1550 SM ini berlanjut dengan gaya yang sama pada abad ke-19.

Seiring dengan perkembangan teknologi di Eropa, Pada abad ke-12 para perajin sepatu Eropa mulai membuat inovasi pada sepatu. Mereka membuat sepatu yang memiliki ujung lancip. Gaya sepatu ini populer disebut poulaine. Mereka memiliki ujung runcing yang sangat sempit dan terbuat dari kulit. Bentuknya makin ekstrim pada akhir abad ke-14. Mereka memakai sepatu sempit yang ujungnya lancip mengarah ke atas.

Sementara itu di daratan Inggris pada tahun 1500-an ditemukan sepatu dengan berbagai macam bentuk. Di antara bentuk-bentuk tersebut yang paling popular adalah sepatu dengan ujung kotak. Hal yang sama tidak berlaku bagi anak-anak. Sepatu untuk anak-anak di Inggris pada masa ini memiliki ujung bundar. Umumnya terbuat dari bahan kulit, dengan satu tali pengait di bagian atas melintang dari sisi satu ke sisi lainnya. Model sepatu ini hingga kini masih dijumpai, khususnya sebagai model sepatu anak-anak.

Pada masa Renaisans, beberapa penguasa di Eropa sering menggunakan sepatu yang memiliki hak tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan supremasi mereka sebagai penguasa. Dengan tinggi hak hingga mencapai 30 cm, para raja ini bisa tetap berjalan dengan anggun dan percaya diri ketika melewati jalanan dengan kubangan air. Sepatu dengan hak tinggi menjadi prototipe bagi sepatu modern. Raja Louis XIV dari Prancis disebut-sebut memainkan peran penting yang membuat sepatu berhak tinggi popular.

Lain halnya di kalangan perempuan Eropa pada masa Renaisans. Sepatu yang popular di kalangan mereka adalah sepatu chopin. Chopine populer dipakai di Venesia oleh pelacur hingga perempuan ningrat sejak 1400-an hingga 1700-an. Awalnya sepatu ini digunakan untuk melindungi sepatu dan pakaian dari lumpur dan tanah jalanan. Selain fungsi praktisnya, tinggi hak chopine menjadi petunjuk simbolik bagi status sosial si pemakai. Semakin tinggi sepatunya, makin tinggi statusnya.

Di Eropa sekira abad ke-16 hingga abad ke-18 berkembang aliran kesenian barok (baroque). Aliran barok ditandai dengan gaya yang kompleks dan kecenderungan akan keagungan dan kemewahan. Gaya ini pun mempengaruhi mode, khususnya model sepatu. Bahan beludru, satin, sutra, hiasan berbunga-bunga dan batu permata mewarnai sepatu-sepatu pada era ini. Untuk memenuhi permintaan sepatu gaya ini, Keterampilan hebat pun dibutuhkan bagi para pembuat sepatu. Tak ada produk masal pada era ini, karena masing-masing sepasang sepatu dibuat dengan tangan.

napoleon bonaparte
Lefevre, Robert; Napoleon Bonaparte (1769-1821), Emperor; English Heritage, The Wellington Collection, Apsley House; http://www.artuk.org/artworks/napoleon-bonaparte-17691821-emperor-144255

Sepatu bot kulit mulai popular setelah perang Napolen. Perang Napolen berlangsung sepanjang abad ke-18. Setelah perang ini, yaitu pada abd ke-19, model sepatu yang digunakan semakin praktis. Masa ini menjadi awal model dibedakannya sepatu laki-laki dan perempuan. Pada masa ini juga penggunaan sepatu berhak tinggi bagi laki-laki mulai ditinggalkan karena model itu lebih disukai perempuan. Sementara laki-laki lebih suka yang praktis, seperti sepatu bot kulit.

Tren baru muncul pada paruh kedua abad ke-20 dengan melejitnya budaya pop Amerika yang dikaitkan dengan keinginan untuk menjadi berbeda, unik dan menjadi bagian dari subkultur tertentu. Bahan baku yang lebih murah, struktur baru dan gaya hidup yang berbeda mengubah citra pria dan wanita. Alas kaki yang mewah dan berkualitas tinggi diubah oleh alas kaki yang trendi dan selalu berubah warna.

Merawat Sepatu Kulit dengan Biopolish Leather Care

Berbagai karakteristik dan berbagai bahan dapat di rawat dengan menggunakan biopolish untuk sepatu kulit. Biopolish leather care di gunakan untuk merawat dan menjaga agar sepatu kulit tidak mudah retak, kaku, pecah-pecah dan menjaga warnanya agar tetap cerah menawan.

Jadi jika anda membutuhkan semir dan moisturizer sekaligus untuk perawatan sepatu kulit, hal tersebut sudah tersedia dalam satu kemasan biopolish leather care. Khusus untuk perawatan sepatu kulit full grain, pull up, kulit sintetis atau imitasi paling cocok menggunakan biopolish leather care.

Tidak seperti produk lainya juga, biopolish leather care di buat dengan kompisis 100 % bahan alami. Sehingga tidak merusak sepatu kulit jika di pakai dalam jangka waktu yang lama. hal ini berbeda dengan produk lainya terutama yang berbentuk cair. Bahan ini justru membuat kering dan mengurangi kandungan minyak pada bahan sepatu kulit.